Dalam hidup saya, dian dan coklat sering hadir memaknakan suasana. Ada-ada sahaja komunikasi di antara dua item ini dengan soal hati dalam apa juga situasi. Jika tidak dihadiahi, saya akan menghadiahi. Kebelakangan ini, banyak sekali saya menerima dan memberi salah satu atau kedua-dua barangan yang disinonimkan dengan 'kehangatan' ini.
Buat adinda saya dan sahabat, Ili Hana yang amat kami kasihi, sekotak coklat dan sebuah dian wangi bukanlah ukuran nilai bakti yang adinda beri kepada kami. Ia arca apresiasi kami yang berhutang budi kepadamu yang sudi menghulurkan tangan pada saat yang amat kami perlukan. Bertuah sungguh adinda mewarisi luhur pekerti ayahandamu, Profesor Dr. Hashim dan manis sari wajah bondamu, Profesor Dr. Sri Nurestri.
Mentari naik sebelah anjung,
Budi baik rasa nak junjung.
Budi baik rasa nak junjung.
Ketika menulis entri ini, saya juga sedang merasai kehangatan rasa nikmat coklat kacang hazel kiriman seorang teman dari kota batu yang padanya ingatan saya sering bertamu. Jutaan terima kasih buat teman saya itu atas kiriman sekotak coklat susu dan seberkas buku.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan