Dalam masa-masa senggang dicelah-celah kesibukan kerja, berkarya dan memenuhi tuntutan sosial, saya berkesempatan memenuhi pelawaan rakan dan teman menonton persembahan silat.Gamaknya, tak rugi saya penuhi undangan mereka yang kelihatan suka sangat-sangat melihat gelagat sang pesilat.
Saya tanya silat apa yang kalian lihat? Mereka ketawa terbahak-bahak. Kau tengok sendiri, kemudian namakan jenis silatnya, kata mereka dalam ketawa yang belum reda.
Silat jenis apa ini? Saya terus berteka-teki. Nak dikatakan Silat Pulut, tak nampak pula sajian pulut kuning atau pengantin bersanding. Silat seni, tak pun silat olahraga? Jauh sekali, sebab tiada temasya sukan dipertandingkan. Sungguh silat yang kami tonton ini sangat aneh bunganya. Belum apa-apa, si pesilat sudah melompat-lompat dan terkinja-kinja.
Seseorang di sisi saya berjenaka, kalau begini rupa dan gayanya, kira-kira jadi kera, hitung-hitung jadi lutung, sindirnya setelah meluat melihat gelagat pesilat yang kalut meraban sini menonyoh sana.
Sedang saya terkulat-kulat mencari nama dan memahami seni bunga silatnya, rakan dan teman yang tak henti ketawa pun berkata, inilah Silat Lompat pendekar terkelendat meraikan hayat mencecah separuh abad.
3 ulasan:
Salam.
Terima kasih, entri yang menarik. Saya ketawa membacanya.
Salam kembali YM KS,
Sama-sama. Sejak menonton silat itu saya puasa ketawa. Tambahan pula, apabila mengetahui seorang teman yang akrab di jiwa yang menjalani pemeriksaan kesihatan mendapat diagnosis yang agak merunsingkan. Gusar sungguh saya! Syukurlah, sms tentang kecemerlangan stpm puteranya serta merta menumbuhkan pohon uja-bangga dalam jiwa. Dalam perjalanan pulang, saya kerling cermin pandang belakang, ada sekuntum puspa di bibir saya.
Saya bersyukur semuanya
Catat Ulasan